KOMUNIKASI MASA KINI
DAN
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN
I. Pendahuluan
Komunikasi dan Pemberitaan Firman
Tuhan memiliki hubungan yang erat. Mengapa? Karena pada saat memberitakan
Firman Tuhan, secara langsung sudah terjadi suatu peristiwa omunikasi. Mengapa?
Sebab pada saat menyampaikan atau pada saat memberitakan firman Tuhan maka
seluruh komponen komunikasi secara otomatis ikut dalam peristiwa pemberitaan
firman Tuhan itu. Semuanaya ini disebabkan oleh karena Komunikasi adalah
keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat dilihat bahwa
komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Dan juga karena
manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta
saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Dan oleh karena itu, maka
satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi
baik secara verbal maupun non verbal (bahasa
tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Sekarang apakah pemberitaan firman
Tuhan merupakan bagian dari komunikasi? Apakah dalam pemberitaan firman Tuhan
dapat digunakan media (misalnya radio dan televisi)? sebab realita yang terjadi
pada saat sekarang ini ialah pemberitaan Firman Tuhan melalui stasiun radio
(misal stasiun RRI Gunungsitoli) dan stasiun televisi sudah banyak dilakukan
dan bahkan orang-orang pada saat ini mereka lebih senang mendengarkan
pemberitaan firman Tuhan melalui siaran radio dan televisi, sebab selain mereka
mendengarkan pemberitaan firman Tuhan mereka bisa juga melaksanakan aktivitas
mereka yang lain.
Untuk itulah, pada kesempatan ini
penulis mencoba menguraikan bagaimana hubungan antara komunikasi dan dan
pemberitaan Firman Tuhan.
II. Pengertian
a. Komunikasi
Komunikasi adalah "suatu proses dimana
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan
dan orang lain".[1] Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi
atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti
'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang
berarti membuat sama (make to common).[2] Jadi, Secara sederhana komuniikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang
menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan seseorang
untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our
ability to understand one another).
Pada awalnya, komunikasi digunakan
untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal
kimiawi pada organisme,
awalnya digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka
sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti
tarian kawin pada ikan.
Manusia
berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan,
dan penyiaran.] Komunikasi dapat berupa interaktif,
komunikasi transakti, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan/tak
bertujuan.[3]
b.
Pemberitaan
Firman Tuhan: Khotbah
untuk memberitakan Firman
TUHAN maka dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada dengan cara berkhotbah dan
ada juga dengan cara praktek atau tindakan hidup sehari-hari. Namun untuk lebih
signifikan pembahasan tentang Firman TUHAN dalam makalah ini, maka penulis
lebih memfokuskan diri pada pemberitaan Firman TUHAN melalui khotbah. Sebab Khotbah
adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan.[4]
Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam
Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik.
Di dalam Gereja Efangeli
(Injili) khotbah itu mempunyai tempat yang sentral, karena tugas Gereja yang
utama adalah mengabarkan Firman Tuhan di dalam dunia.[5]
Kata khotbah dalam
bahasa Yunani, kabar baik ini disebut Yunani eungalion. Alkitab
sebagai sumber pemberitaan Firman Tuhan melalui proses. Sehingga khotbah yang
disampaikan bukan pemikiran subjektif si pengkhotbah. Pesan dari teks Alkitab
itu yang menjadi inti khotbah.[6]
Pesan yang diberitakan itu di dalam bahasa Yunani disebut Kerygma. Kerygma merupakan
pesan
dari teks Alkitab
yang telah ditafsirkan sebelumnya.
Khotbah dalam kekristenan
pertama kali muncul dari praktek Yahudi. Kemudian, praktik tersebut berkembang
di dalam liturgi Kristen. Khotbah di dalam gereja zaman Perjanjian Baru
bersifat Injili, yaitu pidato dari perkembangan komunitas dan sebuah perluasan
perkembangan misionaris. Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam
Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan
pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus. Pada masa kehidupan gereja awal,
pengkhotbah itu adalah guru, pemimpin spiritual, dan apologetis.[7] Khotbah memiliki fungsi yang bersifat
pendidikan, sosial, etis, dan politis.[8] Pengkhotbah memberikan pengetahuan,
cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah
komunitas.
III. Model Komunikasi Masa Kini
Model
komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan
unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Menurut Sereno
dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa yang
dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan,
model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan,
unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.[9]
Oleh karena itu, berikut penulis uraikan model-model komunikasi.
a.
Model-Model Komunikasi Linear : Satu
Arah
Model
ini didasari pada paradigma stimulus-respons. Menurut paradigma ini, komunikan
akan memberikan respons sesuai stimulus yang diterimanya. Komunikan adalah
makhmuk pasif, menerima apapun yang disampaikan komunikator kepadanya.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan
berlangsung searah dan relatif tanpa umpan balik, karena itu disebut linear.
Salah
satu yang tergolong dalam model ini ialah Model Aristoteles.
Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik.[10] Tapi model ini juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain.
Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik.[10] Tapi model ini juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain.
Meskipun
model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi
inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi
modern. Model ini mengajukan 3 unsur komunikasi utama yang disebut pembicara
(speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini lebih
berorientasi pada pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain. Selain
itu terdapat unsur lain yang disebut setting yaitu suasana lingkungan yang
perlu diciptakan agar komunikasi berlangsug efektif. Menurut Aristoteles, untuk
berhasil dalam komunikasi public, maka terdapat 3 unsur utama yang harus
diperhatikan, yaitu ethos (kredibilitas komunikator), logos (rutun logika
argumentasi pesan yang disampaikan), pathos (kemampuan memainkan emosi).
b.
Model-Model Komunikasi Sirkuler : Dua
Arah
Model
sirkuler umumnya berangkat dari paradigma antarpribadi, di mana kedudukan
komunikator dan komunikan relative setara. Munculnya paradigma baru ini
merupakan pemisahan dari paradigma yang lama tentang komunikasi yang linear.
Model sirkuler dikritik karena adanya kesamaan tingkat (equality)antara
komunikator dan komunikan.[11]
Salah
satu contoh dari model ini ialah Model Schramm
Schramm membuat serangkaian model, dimulai dari (a) yang sederhana satu arah mirip Shanonn-Weaver, (b) satu model antarpribadi yang juga masih linear, (c) dilanjuntkan dengan pengembangannya yang sirkuler. Selain itu, Schramm juga menurunkan (d) model komunikasi massa.
Schramm membuat serangkaian model, dimulai dari (a) yang sederhana satu arah mirip Shanonn-Weaver, (b) satu model antarpribadi yang juga masih linear, (c) dilanjuntkan dengan pengembangannya yang sirkuler. Selain itu, Schramm juga menurunkan (d) model komunikasi massa.
Schramm
menggunakan unsur source dan destination tapi tidak memunculkan transmitter dan
receiver, yang ada adalah encoder (alat penyandi) dan decoder (alat penyandi
balik). Menurut model ini, source boleh menjadi seorang individu atau
organisasi, sinyalnya adalah bahasa dan destination-nya adalah pihak lain
kepada siapa sinyal itu ditujukan.
Dalam
komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah
earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang
sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya. Itulah sebabnya pada
modelnya yang kedua ia mulai menyatukan source (sumber) dengan encoder (alat
penyandi) yang semula terpisah. Demikian pula halnya dengan decoder (alat
penyandi balik) yang ditempelkan dengan destination (tujuan). Selain itu, ia
menambah unsur field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki kedua
pelaku komunikasi. Source menyandi (encode) dan destination menyandi balik
(decode) pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Semakin
besar luas bidang pengalaman source yang berhimpitan dengan bidang pengalaman
destination, semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua bidang itu tidak
bertautan atau sangat sedikit pertautannya artinya tidak ada pengalaman yang
sama maka komunikasi sulit berlangsung.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone.
Dalam
komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder
dan destination pada sisi yang lainnya. Dalam komunikasi lewat radio, encoder
dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi
antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan
destination pada sisi yang lainnya.
Pada
model yang ketiga, Scrhamm menggambarkan komunikasi sebagai proses sirkuler.
Untuk pertama kalinya ia menggambarkan dua titik pelaku komunikasi yang
melakukan fungsi encoder, interpreter, decoder.Dalam proses sirkuler ini,
setiap pelaku komunikasi bertindak sebagai encoder dan decoder. Ia meng-encode
pesan ketika menerimanya. Pesan yang diterima kembali dapat disebut umpan
balik, yang tetap ia beri nama message. Umpan balik inilah yang telah membuat
model linear menjadi sirluker.
IV. Komponen dalam Komunikasi dan Pemberitaan Firman Tuhan
a.
Komponen
dalam Berkomunikasi
Komponen
komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung
dengan baik. Menurut Laswell
komponen-komponen komunikasi adalah:
1.
Pengirim atau komunikator (sender)
adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2.
Pesan (message) adalah isi atau
maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
3.
Saluran (channel) adalah media
dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi
(tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
4.
Penerima atau komunikate (receiver)
adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
5.
Umpan balik (feedback) adalah
tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
6.
Aturan yang disepakati para pelaku
komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan
("Protokol").
Menurut
pemahaman Penulis bahwa proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan
seperti berikut.
1. Komunikator
(sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain
mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu
bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa
ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2. Pesan
(message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran
baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung
melalui telepon,
surat,
e-mail,
atau media lainnya.
Media
(channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
1.
Komunikan (receiver) menerima
pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam
bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2.
Komunikan (receiver) memberikan
umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan
kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si
pengirim.
3.
Dari berbagai model komunikasi yang
sudah ada, di sini akan dibahas tiga model paling utama, serta akan dibicarakan
pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan
dalam perkembangannya.
b.
Komponen
dalam Pemberitaan Firman Tuhan: khotbah
Komponen
khotbah adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan
baik. Komponen yang harus termuat dalam berkhotbah ialah:
a.
Pengkhotbah atau yang memberitakan
Firnan Tuhan
b.
Pesan atau Firman Tuhan yang hendak
disampaikan
c.
Media atau alat yang digunakan dalam
menyampaikan Firman Tuhan.
d.
Jemaat yang menerima atau mendengarkan
Firman Tuhan.
Selain
daripada itu, hal lain yang perlu diperhatikan di dalam khotbah ialah:[12]
1.
Sikap yang benar.
2.
Persiapan padat.
3.
Persiapan
yang lebih banyak
4.
Beralas dalam Firman Allah
5.
Berpusat Kristus
V. Hubungan Komunikasi Masa Kini dengan Pemberitaan Firman Tuhan
Komunikasi adalah dua hal yang saling
berkaitan. Di dalam berkhotbah, komunikasi juga ikut terjadi. Semua komponen
yang ada dalam komunikasi juga dipakai dan digunakan di saat khotbah.
Disaat kotbah juga harus ada yang
menyampaikan pesan, juga dalam khotbah terdapat pesan (yaitu firman Tuhan) dan
yang menerima pesan ialah jemaat yang mendengarkan khotbah. Selain daripada itu
juga, khotbah juga membutuhkan/memerlukan media berkomunikasi, seperti alat
pengeras suara. Dan yang lebih meningkatnya sekarang ialah pemberitaan firman
Tuhan melalui media komunikasi modern, misalnya TV dan Radio.
Menurut penulis semua ini tidak dapat
dihindari karena dunia ini sedang dalam pengaruh kemajuan IPTEK. Dan dalam hal
itu kegiatan pemberitaan firman Tuhan juga hharus mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan teersebut. Agar pemberitaan firman Tuhan itu tidak hanya di atas
mimbar saja, tetapi juga dapat didengar kapan dan di mana saja. Jadi dengan
bantuan media komunikasi maka pemberitaan firman Tuhan bisa saja dilakukan
kapan dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan.
VI. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa komunikasi dan pemberitaan firman Tuhan memilki hubungan
yang akrab. Karena pemberitaan firman Tuhan juga merupakan kegiatan
berkomunikasi antara pemberita firman Tuhan dengan jemaat yang
menerima/mendengar firman Tuhan tersebut. Hanya saja pesan yang termuat dalam
pemberitaan firman Tuhan ialah firman Tuhan yang sifatnya mendidik dan mengajar
Jemaat.
Dalam memberitakan firman Tuhan maka
sangat dibutuhkan bantuan daripada media komunikasi. Supaya pemberitaan firman
Tuhan kepada jemaat dapat dengan mudah untuk dilakukan.
Daftar Bacaan
a.
Buku
Eliade,
Mircea,The Encyclopedia of Religion.
New York.Macmillan Publhising Company; 1987.
Haddon, Robinson, The art and craft of biblical
preaching: a comprehensive resource for today’s communicators. Grand
Rapids.Zondervan;2009.
Jongeneel,
J. A. B., Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen. Jakarta.Gunung
Mulia; 1980.
Rothlisberger, H., Homiletika,
Jakarta:BPK-GM; 2009.
b.
Web site
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi,
diakses pada tanggal 2-02-2012.
http://nieamo.blogspot.com/2011/07/model-komunikasi.html,
diakses pada tanggal 11 Februari 2012.
http://petercorney.com/2011/07/24/key-elements-of-a-good-sermon/,
diakses pada tgl 20 Februari 2012.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi,
diakses pada tanggal 2-02-2012.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4]
Robinson
Haddon, The art and craft of biblical
preaching : a comprehensive resource for today’s communicators.(Grand
Rapids.Zondervan;2009) hlm. 24-59.
[5] Bnd. H. Rothlisberger, Homiletika, (Jakarta:BPK-GM; 2009), hlm.
5.
[6]
J.
A. B. Jongeneel, Hukum Kemerdekaan: Buku
Pegangan Etik Kristen. (Jakarta.Gunung Mulia; 1980), hlm. 30-89.
[7]
Mircea
Eliade,The Encyclopedia of Religion.
(New York.Macmillan Publhising Company; 1987) , hlm. 494-496.
[8]
Ibid.
[9] http://nieamo.blogspot.com/2011/07/model-komunikasi.html,
diakses pada tanggal 11 Februari 2012.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12]
http://petercorney.com/2011/07/24/key-elements-of-a-good-sermon/,
diakses pada tgl 20 Februari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar