Kamis, 24 Mei 2012

komunikasi masa kini



KOMUNIKASI MASA KINI
DAN
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN

I.     Pendahuluan
Komunikasi dan Pemberitaan Firman Tuhan memiliki hubungan yang erat. Mengapa? Karena pada saat memberitakan Firman Tuhan, secara langsung sudah terjadi suatu peristiwa omunikasi. Mengapa? Sebab pada saat menyampaikan atau pada saat memberitakan firman Tuhan maka seluruh komponen komunikasi secara otomatis ikut dalam peristiwa pemberitaan firman Tuhan itu. Semuanaya ini disebabkan oleh karena Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat dilihat bahwa komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Dan juga karena manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Dan oleh karena itu, maka satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan  orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun  non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Sekarang apakah pemberitaan firman Tuhan merupakan bagian dari komunikasi? Apakah dalam pemberitaan firman Tuhan dapat digunakan media (misalnya radio dan televisi)? sebab realita yang terjadi pada saat sekarang ini ialah pemberitaan Firman Tuhan melalui stasiun radio (misal stasiun RRI Gunungsitoli) dan stasiun televisi sudah banyak dilakukan dan bahkan orang-orang pada saat ini mereka lebih senang mendengarkan pemberitaan firman Tuhan melalui siaran radio dan televisi, sebab selain mereka mendengarkan pemberitaan firman Tuhan mereka bisa juga melaksanakan aktivitas mereka yang lain.
Untuk itulah, pada kesempatan ini penulis mencoba menguraikan bagaimana hubungan antara komunikasi dan dan pemberitaan Firman Tuhan.

II.    Pengertian
a.    Komunikasi
Komunikasi adalah "suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain".[1] Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common).[2] Jadi, Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another).
Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme, awalnya digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran.] Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transakti, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan/tak bertujuan.[3]
b.    Pemberitaan Firman Tuhan: Khotbah
untuk memberitakan Firman TUHAN maka dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada dengan cara berkhotbah dan ada juga dengan cara praktek atau tindakan hidup sehari-hari. Namun untuk lebih signifikan pembahasan tentang Firman TUHAN dalam makalah ini, maka penulis lebih memfokuskan diri pada pemberitaan Firman TUHAN melalui khotbah. Sebab Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan.[4] Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik.
Di dalam Gereja Efangeli (Injili) khotbah itu mempunyai tempat yang sentral, karena tugas Gereja yang utama adalah mengabarkan Firman Tuhan di dalam dunia.[5]
Kata khotbah dalam bahasa Yunani, kabar baik ini disebut Yunani eungalion. Alkitab sebagai sumber pemberitaan Firman Tuhan melalui proses. Sehingga khotbah yang disampaikan bukan pemikiran subjektif si pengkhotbah. Pesan dari teks Alkitab itu yang menjadi inti khotbah.[6] Pesan yang diberitakan itu di dalam bahasa Yunani disebut Kerygma. Kerygma merupakan pesan dari teks Alkitab yang telah ditafsirkan sebelumnya.
Khotbah dalam kekristenan pertama kali muncul dari praktek Yahudi. Kemudian, praktik tersebut berkembang di dalam liturgi Kristen. Khotbah di dalam gereja zaman Perjanjian Baru bersifat Injili, yaitu pidato dari perkembangan komunitas dan sebuah perluasan perkembangan misionaris. Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus. Pada masa kehidupan gereja awal, pengkhotbah itu adalah guru, pemimpin spiritual, dan apologetis.[7] Khotbah memiliki fungsi yang bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis.[8] Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas.

III.  Model Komunikasi Masa Kini
Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.[9] Oleh karena itu, berikut penulis uraikan model-model komunikasi.
a.    Model-Model Komunikasi Linear : Satu Arah
Model ini didasari pada paradigma stimulus-respons. Menurut paradigma ini, komunikan akan memberikan respons sesuai stimulus yang diterimanya. Komunikan adalah makhmuk pasif, menerima apapun yang disampaikan komunikator kepadanya. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung searah dan relatif tanpa umpan balik, karena itu disebut linear.
Salah satu yang tergolong dalam model ini ialah Model Aristoteles.
Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik.[10] Tapi model ini juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain.
Meskipun model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi modern. Model ini mengajukan 3 unsur komunikasi utama yang disebut pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain. Selain itu terdapat unsur lain yang disebut setting yaitu suasana lingkungan yang perlu diciptakan agar komunikasi berlangsug efektif. Menurut Aristoteles, untuk berhasil dalam komunikasi public, maka terdapat 3 unsur utama yang harus diperhatikan, yaitu ethos (kredibilitas komunikator), logos (rutun logika argumentasi pesan yang disampaikan), pathos (kemampuan memainkan emosi).
b.      Model-Model Komunikasi Sirkuler : Dua Arah
Model sirkuler umumnya berangkat dari paradigma antarpribadi, di mana kedudukan komunikator dan komunikan relative setara. Munculnya paradigma baru ini merupakan pemisahan dari paradigma yang lama tentang komunikasi yang linear. Model sirkuler dikritik karena adanya kesamaan tingkat (equality)antara komunikator dan komunikan.[11]
Salah satu contoh dari model ini ialah Model Schramm
Schramm membuat serangkaian model, dimulai dari (a) yang sederhana satu arah mirip Shanonn-Weaver, (b) satu model antarpribadi yang juga masih linear, (c) dilanjuntkan dengan pengembangannya yang sirkuler. Selain itu, Schramm juga menurunkan (d) model komunikasi massa.
Schramm menggunakan unsur source dan destination tapi tidak memunculkan transmitter dan receiver, yang ada adalah encoder (alat penyandi) dan decoder (alat penyandi balik). Menurut model ini, source boleh menjadi seorang individu atau organisasi, sinyalnya adalah bahasa dan destination-nya adalah pihak lain kepada siapa sinyal itu ditujukan.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya. Itulah sebabnya pada modelnya yang kedua ia mulai menyatukan source (sumber) dengan encoder (alat penyandi) yang semula terpisah. Demikian pula halnya dengan decoder (alat penyandi balik) yang ditempelkan dengan destination (tujuan). Selain itu, ia menambah unsur field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki kedua pelaku komunikasi. Source menyandi (encode) dan destination menyandi balik (decode) pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Semakin besar luas bidang pengalaman source yang berhimpitan dengan bidang pengalaman destination, semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua bidang itu tidak bertautan atau sangat sedikit pertautannya artinya tidak ada pengalaman yang sama maka komunikasi sulit berlangsung.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone.
Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya. Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya.
Pada model yang ketiga, Scrhamm menggambarkan komunikasi sebagai proses sirkuler. Untuk pertama kalinya ia menggambarkan dua titik pelaku komunikasi yang melakukan fungsi encoder, interpreter, decoder.Dalam proses sirkuler ini, setiap pelaku komunikasi bertindak sebagai encoder dan decoder. Ia meng-encode pesan ketika menerimanya. Pesan yang diterima kembali dapat disebut umpan balik, yang tetap ia beri nama message. Umpan balik inilah yang telah membuat model linear menjadi sirluker.
IV.  Komponen dalam Komunikasi dan Pemberitaan Firman Tuhan
a.    Komponen dalam Berkomunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
1.     Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2.    Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
3.    Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
4.    Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
5.    Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
6.    Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").
Menurut pemahaman Penulis bahwa proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1.    Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2.    Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
1.      Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2.      Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
3.      Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas tiga model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan dalam perkembangannya.

b.    Komponen dalam Pemberitaan Firman Tuhan: khotbah
Komponen khotbah adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Komponen yang harus termuat dalam berkhotbah ialah:
a.      Pengkhotbah atau yang memberitakan Firnan Tuhan
b.      Pesan atau Firman Tuhan yang hendak disampaikan
c.       Media atau alat yang digunakan dalam menyampaikan Firman Tuhan.
d.      Jemaat yang menerima atau mendengarkan Firman Tuhan.
Selain daripada itu, hal lain yang perlu diperhatikan di dalam khotbah ialah:[12]
1.   Sikap yang benar.
2.  Persiapan padat.
3.  Persiapan yang lebih banyak
4.  Beralas dalam Firman Allah
5.  Berpusat Kristus
V.   Hubungan Komunikasi Masa Kini dengan Pemberitaan Firman Tuhan
Komunikasi adalah dua hal yang saling berkaitan. Di dalam berkhotbah, komunikasi juga ikut terjadi. Semua komponen yang ada dalam komunikasi juga dipakai dan digunakan di saat khotbah.
Disaat kotbah juga harus ada yang menyampaikan pesan, juga dalam khotbah terdapat pesan (yaitu firman Tuhan) dan yang menerima pesan ialah jemaat yang mendengarkan khotbah. Selain daripada itu juga, khotbah juga membutuhkan/memerlukan media berkomunikasi, seperti alat pengeras suara. Dan yang lebih meningkatnya sekarang ialah pemberitaan firman Tuhan melalui media komunikasi modern, misalnya TV dan Radio.
Menurut penulis semua ini tidak dapat dihindari karena dunia ini sedang dalam pengaruh kemajuan IPTEK. Dan dalam hal itu kegiatan pemberitaan firman Tuhan juga hharus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan teersebut. Agar pemberitaan firman Tuhan itu tidak hanya di atas mimbar saja, tetapi juga dapat didengar kapan dan di mana saja. Jadi dengan bantuan media komunikasi maka pemberitaan firman Tuhan bisa saja dilakukan kapan dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan.

VI.  Kesimpulan
Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa komunikasi dan pemberitaan firman Tuhan memilki hubungan yang akrab. Karena pemberitaan firman Tuhan juga merupakan kegiatan berkomunikasi antara pemberita firman Tuhan dengan jemaat yang menerima/mendengar firman Tuhan tersebut. Hanya saja pesan yang termuat dalam pemberitaan firman Tuhan ialah firman Tuhan yang sifatnya mendidik dan mengajar Jemaat.
Dalam memberitakan firman Tuhan maka sangat dibutuhkan bantuan daripada media komunikasi. Supaya pemberitaan firman Tuhan kepada jemaat dapat dengan mudah untuk dilakukan.
Daftar Bacaan
a.   Buku
Eliade, Mircea,The Encyclopedia of Religion. New York.Macmillan Publhising Company; 1987.
Haddon, Robinson, The art and craft of biblical preaching: a comprehensive resource for today’s communicators. Grand Rapids.Zondervan;2009.
Jongeneel, J. A. B., Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen. Jakarta.Gunung Mulia; 1980.
Rothlisberger, H., Homiletika, Jakarta:BPK-GM; 2009.

b.   Web site
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi, diakses pada tanggal 2-02-2012.
http://nieamo.blogspot.com/2011/07/model-komunikasi.html, diakses pada tanggal 11 Februari 2012.



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi, diakses pada tanggal 2-02-2012.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Robinson Haddon, The art and craft of biblical preaching : a comprehensive resource for today’s communicators.(Grand Rapids.Zondervan;2009) hlm. 24-59.
[5] Bnd. H. Rothlisberger, Homiletika, (Jakarta:BPK-GM; 2009), hlm. 5.
[6] J. A. B. Jongeneel, Hukum Kemerdekaan: Buku Pegangan Etik Kristen. (Jakarta.Gunung Mulia; 1980), hlm. 30-89.
[7] Mircea Eliade,The Encyclopedia of Religion. (New York.Macmillan Publhising Company; 1987) , hlm. 494-496.
[8] Ibid.
[9] http://nieamo.blogspot.com/2011/07/model-komunikasi.html, diakses pada tanggal 11 Februari 2012.
[10] Ibid.
[11] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar