Johannes Calvin adalah sama seperti Marthin Luther, Calvin juga adalah
salah seorang Tokoh Reformasi Gereja di Swiss[1]. Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran
pelopor dan pemimpin gerakan reformasi pada abad ke-XVI. Lalu pertanyaan yang
muncul ialah siapakah Johannes Calvin?
Dan hal inilah yang secara ringkas serta pertama sekali kelompok uraiakan dalam
kesempatan ini.
Calvin adalah Teolog Kristen
terkemuka pada masa Reformasi Protestan yang berasal dari Perancis.
Namanya kini dikenal dalam kaitan dengan sistem teologi Kristen
yang disebut Calvinisme (Kalvinisme). Ia dilahirkan pada
tanggal 10 Juli 1509, dengan nama Jean Chauvin (atau Cauvin) di Noyon, Picardie,
Perancis.
Ayahnya bernama Gérard Cauvin sebagai notaris katedral dan
registrar untuk pengadilan eklesiastikal/gerejawi. Ayahnya ini meninggal
setelah menderita kanker testikular selama 2 tahun. Dan ibunya bernama Jeanne Lefranc, adalah putri pemilik
penginapan dari Cambrai. Ibunya meninggal
beberapa tahun setelah kelahiran Calvin karena sakit payudara (bukan kanker
payudara).
Pada mulanya ayah Calvin
berkeinginan agar anaknya (Calvin) untuk menjadi imam. Sehingga pada umur 12
tahun Calvin menerima Tonsur (Pencukuran rambut dalam upacara inisiasi
biarawan) dan ia sudah menerima upah dari paroki St. Martin de la Marteville.[2]
Dengan penghasilan tersebutlah Calvin dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi setelah Ia menyelesaiakan studi elementernya. Pada tahun 1523
Calvin masuk di sekolah Latin (yakni sekolah menengah yang bahasa pengantarnya
adalah bahasa Latin) di Paris.[3]
Dan menurut F.D. Wellem, nama sekolah itu ialah College de la Marche, dan di
sinilah Calvin belajar retorika dan bahasa Latin. Guru bahasa Latinnya ialah
Marthurin Cordier.[4]
Selanjutnya Calvin ke College de Montague. Di sini ia belajar filsafat dan
Teologi. Di sekolah inilah Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola,
yang kemudian hari menjadi musuh musuh besar gerakan reformasi.
Setelah ia tamat dari
sekolahnya, maka ayahnya dengan tiba-tiba menginginkan supaya Calvin untuk
menjadi imam, melainkan ayahnya berkeinginan agar anaknya menjadi seorang ahli
hukum. Oleh karena itulah, maka Calvin memasuki Universita Orleans untuk
belajar Ilmu hukum. Dan selanjutnya ia belajar di Universita Bourges. Bahasa
Yunani dan Ibrani Calvin pelajari dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa
terkenal pada abad itu. Dan dengan demikian, maka Calvin menjadi seorang ahli
hukum.[5]
Dan perlu dicatat bahwa studi hukumnya inilah sangat mempengaruhi usaha
pembaharuan dan penaatan gereja reformasi, di mana Calvin sangat menekankan
ketertiban dan keteraturan di dalam gereja.
Pada tahun 1523 Calvin
menulis bukunya yang pertama dengan judul Komentar
Kitab de Clementia. Buku ini ia persembahkan kepada sahabatnya yang bernama
Claude de Hangest. Dan dalam bukunya ini, Calvin terlihat sebagai seorang
Humanisme sejati serta tidak kelihatan bahwa ia telah beralih ke pihak
reformasi Perancis.[6]
Lalu kapan Calvin beralih menjadi seorang
tokoh Reformasi? Hal ini menyusul kelompok kemukakan.
Pada tahun 1536 (pada usia 26 tahun), Calvin menerbitkan sebuah karya
yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang masih dibaca hingga sekarang, yaitu sebuah buku
yang berjudul Religion Christinae
Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen). Buku ini merupakan karya
teologinya yang kedua setelah menerbitkan karangan teologinya yang pertama
dengang judul Psychopannychia
(mengenai tidurnya jiwa-jiwa). Dan bukunya yang pertama ini merupakan karangan
untuk melawan ajaran anabaptis yang mengajarakan bahwa jiwa manusia tidur
hingga kristus datang kembali setelah manusia itu meninggal.[7]
Johanes Calvin berniat
menikah untuk menunjukkan sikap positifnya terhadap pernikahan daripada
kehidupan selibat. Ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang
perempuan yang "sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan
bisa merawat kesehatan saya." Sehingga pada tahun 1540, Calvin menikah
dengan Idelette de Bure,[8]
janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis
di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak laki-laki dan perempuan dari
almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya yang pindah bersamanya ke
Jenewa. Pada 1542,
suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian
meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal
pada 1549.
Calvin menulis bahwa istrinya telah banyak menolong dalam pelayanan gerejanya,
tidak pernah menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan
anak-anaknya dan berjiwa besar. Dan pada tanggal 27 Mei 1564 dalam usia yang belum
55 tahun Calvin meninggal dunia.[9]
Kelompok dalam menguraikan Mengapa
Calvin tertarik dengan Reformasi? Maka kelompok mencoba untuk
memulainya pada sebuah pertanyaan, yaitu Kapankah
Johannes Calvin bertobat sehingga ia menjadi seorang tokoh reformasi pada?
Menurut Christiaan de jonge, dalam bukunya Apa itu Calvinisme?, bahwa saat di mana Calvin memihak Reformasi
tidak diketahui dengan pasti[10]. Namun menurut H. Berkhof mengatakan bahwa
peristiwa itu terjadi pada tahun 1533.[11] Sehubungan dengan ini, maka kelompok lebih
mengikuti apa yang dikatakan oleh Christiaan de Jonge bahwasanya kapan Calvin
Bertobat itu tidak dapat dipastikan. Sebab keterangan mengenai peristiwa ini
hanya dapat dilihat melalui catatan Calvin dalam suratnya yang dialamatkan
kepada Bucer di Strausburg, yang meminta kepada Bucer untuk memberi
perlindungan kepada orang-orang reformatoris yang melarikan diri karena
peristiwa penghambatan yang terjadi di Perancis. Dan dalam suratnya tersebut
Calvin sedikit menyinggung peristiwa pertobatannya. Sepenggal dari isi suratnya
tersebut berbunyi demikian:[12]
“… muncullah suatu ajaran
yang baru, yang tidak membelokkan kami dari pengakuan Kristen, malah justru
membawa kami kembali kepada sumbernya yang asli, menyucikannya dari segala
noda, mengembalikan kepadanya kemurniannya yang semula. Tetapi aku benci kepada
hal-hal yang baru itu, dan sukar mendengarnya sekalipun. Dan pada mulanya aku
menentang sekeras-kerasnya, karena aku telah menempuh jalan yang sesat dan
penuh kebodohan. Tetapi berkat pertobatan yang tiba-tiba, Allah menunjukkan
hatiku kepada kepatuhan.”
Jadi dari penggalan suratnya ini, maka dapat dilihat bahwa proses
pertobatan Calvin berbeda dengan proses pertobatan Marthin Luther. Di mana
Calvin mengalami pertobatan secara tiba-tiba akibat peristiwa yang dilihatnya,
yaitu peristiwa penghambatan yang dialami oleh para reformatoris di Perancis
serta muncullnya ajaran yang baru. Menurut H. Berkhof bahwa penghambatan yang
terjadi pada saat itu ialah penghambatan kepada golongan Injili, dan oleh sebab
itu Calvin tidak mau dimasukkan ke dalam golongan Nikodemit (Yoh. 3:2), yang
menyembunyikan iman injillinya sehingga Calvin juga terpaksa meninggalkan
Paris.[13] Dan hal ini jugalah - menurut kelompok – yang menjadi
penyebab mengapa Calvin dapat menjadi seorang reformator. Selain daripada itu,
hal lain yang menyebabkan Calvin menjadi seorang Refomator yang aktif ialah
perkataan William Farel (Pendeta Injili yang melayani di Jenewa) yang berkata
demikian: “Dengan nama Allah yang Maha Kuasa aku katakana kepadamu: Jikalau
engkau tidak menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan
mengutuki engkau, karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada
kemuliaan Kristus!”.[14] Dan perkataan Farel ini muncul karena Calvin tak
ingin untuk meninggalkan pelajarannya serta bakatnya untuk menulis. Selain
daripada itu ia juga memiliki sifat seorang yang pemalu dan takut. Jadi
jelaslah mengapa Calvin bisa menjadi seorang reformator di Jenewa.
Lalu pertanyaanya sekarang, Mengapa Calvin di minta Oleh Farel untuk
melakukan reformasi di Jenewa,sehingga pada akhirnya Calvin bersedia bekerja di
Jenewa? Hal ini tidak terlepas dari situsai kota Jenewa pada saat itu. Bagaiman
situasi dan kondisi kota Jenewa pada saat itu? Menurut Christiaan de Jonge,
bahwa ketika Farel memanggil Calvin untuk bekerja di Jenewa, Jenewa pada saat
itu baru saja (sekitar 2 bulan) membebaskan diri dari pemerintahan uskup Jenewa
dan daerah Savoye, dan belum lama memihak kepada Reformasi (1535). Dan dalam
kota yang otonom dan bebas ini pemerintahan dipegang oleh dewan kota. Dewan ini
tidak hanya mengurus hal-hal yang sifatnya politik tetapi juga mengambil alih
tanggung jawab atas kehidupan gerejawi.
Para imam diusir dari kota dan diangkat pendeta seperti Farel untuk membantu
pemerintah dalam dengan membenahi kehidupan gerejawi.[15]
Lalu pertanyaan yang selanjutnya ialah Bagaiamana cara Calvin atau bagaimana metode Calvin dalam melakukan
kegiatan reformasi di Jenewa? Setelah Farel menyampaikan kata-kata yang
keras seperti yang telah kelompok tuliskan di atas, maka Calvin melihat
panggilan Allah kepadanya lewat Farel sehingga ia memutuskan untuk tinggal di
Jenewa untuk melakukan pekerjaan yang dimintakan kepadanya oleh Farel. Dan
dalam melakukan pekerjaan Calvin dibantu oleh Farel. Di mana langkah awal
pekerjaannya ialah merancang tatagereja yang mengatur seluruh kehidupan warga kota menurut cita-cita
Teokrasi. Dan menurut tatagereja tersebut dikatakan bahwa perjamuan Kudus diadakan
sebulan sekali dan berhubungan dengan itu akan dijalankan disiplin yang keras,
setiap penduduk diwajibkan menandatangani sehelai surat pengakuan sebagai tanda
bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan iman dan pengakuannya. Dan hal ini
mendapat tantangang karena kebanyakan warga kota.[16] Sehingga ketika orang-orang yang tidak menyetujui
hal ini mendapat jabatan di dalam dewan kota pada tahun 1538, maka meraka melarang
Calvin dan Farel berkhotbah di
mimbar-mibar gereja di Jenewa dan pada akhirnya keduanya di usir dari Jenewa.[17] Dan akhirnya Calvin pergi ke Strausbug dan menjadi
pendeta di sana 1539-1541. Dan di dalam jemaat inilah Calvin bersama-sama
dengan Bucer menerapkan cita-cita yang gagal di Jenewa. Di sini Calvin
mengusahakan nyanyian Mazmur dengan dibantun oleh ahli musik terkenal, yaitu
Clement Marot, Louis Bourgois, dan Maitre Piere. Dan di sini juga Calvin
menulis tafsiran-tafsiran dan merefisi bukunya yang berjudul “Institutio”.
Namun pada tahun 1541 Calvin dipanggil kembali oleh jemaat Jenewa.[18] Hal ini disebabkan oleh karena kota Jenewa
mengalami krisis yang diakibatkan oleh surat penggembalaan yang ditulis oleh
oleh seorang Kardinal GKR yang mengajak rakyat kembali ke dalam Gereja Katoli
Roma.[19] Maka Calvin kembali ke Jenewa untuk menghadiri
undangan tersebut, sementara Farel memilih untuk tidak kembali lagi ke Jenewa.
Dan sehubungan dengan kepulangannya tersebut, maka Calvin memulai kerjanya
untuk mengatur kehidupan gereja di Jenewa. Ia menulis tata gereja, yang
diterima oleh dewan kota. Dalam tata gereja tersebut ada empat jabatan gereja
yang dimunculkan oleh Calvin, yaitu:
a. Jabatan Pendeta (predikan), yang melayani untuk
berkhotbah dan dan menjalankan disiplin.
b. Jabatan Pengajar (doktor), untuk katekisasi dan
pengajaran teologi.
c. Jabatan penatua (yang dipilih dari antara
anggota-anggota dewan kota) untuk melayani dalam pengawasan disiplin.
d. Jabatan Syamas, untuk pelayanan terhadap orang
miskin.
Kehidupan
di kota diawasi secara ketat oleh gereja, bersama-sama dengan pemerintah. Serta
Kemurnian ajaran dijaga dengan teliti juga. Demikianlah cara Calvin melakukan
Reformasi.
[1] Bnd. F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM; 1999), hlm. 64.
[2] Ibid.
[3]
Bnd. H. Berkhof, Sejarah Gereja,
(Jakarta:BPK-GM;1996), hlm. 157.
[4]
F. D. Wellem, Op.Cit.
[5]
Ibid, hlm. 65.
[6]
Ibid.
[7]
Ibid.
[8]Bnd.
Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme?,
(Jakarta:BPK-GM; 200), hlm. 8
[9]
H. Berkhof, Op.Cit, hlm.170.
[10]Christiaan
de Jonge, Op. Cit., hlm. 7
[11]
H. Berkhof, Op.Cit, hlm. 158.
[12]
F. D. Wellem, Op.Cit., hlm. 65.
[13]
H. Berkhof, Op.Cit, hlm. 158.
[14]
Ibid, hlm. 159.
[15]
Christiaan de Jonge, Op.Cit., hlm. 8.
[16]
F. D. Wellem, Op.Cit., hlm. 66.
[17]
Ibid, hlm. 66.
[18]
Ibid. hlm. 67.
[19]
[19]
Christiaan de Jonge, Op.Cit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar