Rabu, 23 Mei 2012

JOHANES CALVIN

Johannes Calvin adalah sama seperti Marthin Luther, Calvin juga adalah salah seorang Tokoh Reformasi Gereja di Swiss[1]. Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi pada abad ke-XVI. Lalu pertanyaan yang muncul ialah siapakah Johannes Calvin? Dan hal inilah yang secara ringkas serta pertama sekali kelompok uraiakan dalam kesempatan ini.
Calvin adalah Teolog Kristen terkemuka pada masa Reformasi Protestan yang berasal dari Perancis. Namanya kini dikenal dalam kaitan dengan sistem teologi Kristen yang disebut Calvinisme (Kalvinisme). Ia dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509, dengan nama Jean Chauvin (atau Cauvin) di Noyon, Picardie, Perancis. Ayahnya bernama Gérard Cauvin sebagai notaris katedral dan registrar untuk pengadilan eklesiastikal/gerejawi. Ayahnya ini meninggal setelah menderita kanker testikular selama 2 tahun. Dan ibunya bernama Jeanne Lefranc, adalah putri pemilik penginapan dari Cambrai. Ibunya meninggal beberapa tahun setelah kelahiran Calvin karena sakit payudara (bukan kanker payudara).
Pada mulanya ayah Calvin berkeinginan agar anaknya (Calvin) untuk menjadi imam. Sehingga pada umur 12 tahun Calvin menerima Tonsur (Pencukuran rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan ia sudah menerima upah dari paroki St. Martin de la Marteville.[2] Dengan penghasilan tersebutlah Calvin dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi setelah Ia menyelesaiakan studi elementernya. Pada tahun 1523 Calvin masuk di sekolah Latin (yakni sekolah menengah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Latin) di Paris.[3] Dan menurut F.D. Wellem, nama sekolah itu ialah College de la Marche, dan di sinilah Calvin belajar retorika dan bahasa Latin. Guru bahasa Latinnya ialah Marthurin Cordier.[4] Selanjutnya Calvin ke College de Montague. Di sini ia belajar filsafat dan Teologi. Di sekolah inilah Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola, yang kemudian hari menjadi musuh musuh besar gerakan reformasi.
Setelah ia tamat dari sekolahnya, maka ayahnya dengan tiba-tiba menginginkan supaya Calvin untuk menjadi imam, melainkan ayahnya berkeinginan agar anaknya menjadi seorang ahli hukum. Oleh karena itulah, maka Calvin memasuki Universita Orleans untuk belajar Ilmu hukum. Dan selanjutnya ia belajar di Universita Bourges. Bahasa Yunani dan Ibrani Calvin pelajari dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa terkenal pada abad itu. Dan dengan demikian, maka Calvin menjadi seorang ahli hukum.[5] Dan perlu dicatat bahwa studi hukumnya inilah sangat mempengaruhi usaha pembaharuan dan penaatan gereja reformasi, di mana Calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan di dalam gereja.
Pada tahun 1523 Calvin menulis bukunya yang pertama dengan judul Komentar Kitab de Clementia. Buku ini ia persembahkan kepada sahabatnya yang bernama Claude de Hangest. Dan dalam bukunya ini, Calvin terlihat sebagai seorang Humanisme sejati serta tidak kelihatan bahwa ia telah beralih ke pihak reformasi Perancis.[6] Lalu kapan Calvin beralih menjadi seorang tokoh Reformasi? Hal ini menyusul kelompok kemukakan.
Pada tahun 1536 (pada usia 26 tahun), Calvin menerbitkan sebuah karya yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang masih dibaca hingga sekarang, yaitu sebuah buku yang berjudul Religion Christinae Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen). Buku ini merupakan karya teologinya yang kedua setelah menerbitkan karangan teologinya yang pertama dengang judul Psychopannychia (mengenai tidurnya jiwa-jiwa). Dan bukunya yang pertama ini merupakan karangan untuk melawan ajaran anabaptis yang mengajarakan bahwa jiwa manusia tidur hingga kristus datang kembali setelah manusia itu meninggal.[7]
Johanes Calvin berniat menikah untuk menunjukkan sikap positifnya terhadap pernikahan daripada kehidupan selibat. Ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang perempuan yang "sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan bisa merawat kesehatan saya." Sehingga pada tahun 1540, Calvin menikah dengan Idelette de Bure,[8] janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak laki-laki dan perempuan dari almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya yang pindah bersamanya ke Jenewa. Pada 1542, suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549. Calvin menulis bahwa istrinya telah banyak menolong dalam pelayanan gerejanya, tidak pernah menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan anak-anaknya dan berjiwa besar. Dan pada tanggal 27 Mei 1564 dalam usia yang belum 55 tahun Calvin meninggal dunia.[9]
Kelompok dalam menguraikan Mengapa Calvin tertarik dengan Reformasi? Maka kelompok mencoba untuk memulainya pada sebuah pertanyaan, yaitu Kapankah Johannes Calvin bertobat sehingga ia menjadi seorang tokoh reformasi pada? Menurut Christiaan de jonge, dalam bukunya Apa itu Calvinisme?, bahwa saat di mana Calvin memihak Reformasi tidak diketahui dengan pasti[10]. Namun menurut H. Berkhof mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun 1533.[11] Sehubungan dengan ini, maka kelompok lebih mengikuti apa yang dikatakan oleh Christiaan de Jonge bahwasanya kapan Calvin Bertobat itu tidak dapat dipastikan. Sebab keterangan mengenai peristiwa ini hanya dapat dilihat melalui catatan Calvin dalam suratnya yang dialamatkan kepada Bucer di Strausburg, yang meminta kepada Bucer untuk memberi perlindungan kepada orang-orang reformatoris yang melarikan diri karena peristiwa penghambatan yang terjadi di Perancis. Dan dalam suratnya tersebut Calvin sedikit menyinggung peristiwa pertobatannya. Sepenggal dari isi suratnya tersebut berbunyi demikian:[12]
“… muncullah suatu ajaran yang baru, yang tidak membelokkan kami dari pengakuan Kristen, malah justru membawa kami kembali kepada sumbernya yang asli, menyucikannya dari segala noda, mengembalikan kepadanya kemurniannya yang semula. Tetapi aku benci kepada hal-hal yang baru itu, dan sukar mendengarnya sekalipun. Dan pada mulanya aku menentang sekeras-kerasnya, karena aku telah menempuh jalan yang sesat dan penuh kebodohan. Tetapi berkat pertobatan yang tiba-tiba, Allah menunjukkan hatiku  kepada kepatuhan.”
Jadi dari penggalan suratnya ini, maka dapat dilihat bahwa proses pertobatan Calvin berbeda dengan proses pertobatan Marthin Luther. Di mana Calvin mengalami pertobatan secara tiba-tiba akibat peristiwa yang dilihatnya, yaitu peristiwa penghambatan yang dialami oleh para reformatoris di Perancis serta muncullnya ajaran yang baru. Menurut H. Berkhof bahwa penghambatan yang terjadi pada saat itu ialah penghambatan kepada golongan Injili, dan oleh sebab itu Calvin tidak mau dimasukkan ke dalam golongan Nikodemit (Yoh. 3:2), yang menyembunyikan iman injillinya sehingga Calvin juga terpaksa meninggalkan Paris.[13] Dan hal ini jugalah - menurut kelompok – yang menjadi penyebab mengapa Calvin dapat menjadi seorang reformator. Selain daripada itu, hal lain yang menyebabkan Calvin menjadi seorang Refomator yang aktif ialah perkataan William Farel (Pendeta Injili yang melayani di Jenewa) yang berkata demikian: “Dengan nama Allah yang Maha Kuasa aku katakana kepadamu: Jikalau engkau tidak menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan mengutuki engkau, karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada kemuliaan Kristus!”.[14] Dan perkataan Farel ini muncul karena Calvin tak ingin untuk meninggalkan pelajarannya serta bakatnya untuk menulis. Selain daripada itu ia juga memiliki sifat seorang yang pemalu dan takut. Jadi jelaslah mengapa Calvin bisa menjadi seorang reformator di Jenewa.
Lalu pertanyaanya sekarang, Mengapa Calvin di minta Oleh Farel untuk melakukan reformasi di Jenewa,sehingga pada akhirnya Calvin bersedia bekerja di Jenewa? Hal ini tidak terlepas dari situsai kota Jenewa pada saat itu. Bagaiman situasi dan kondisi kota Jenewa pada saat itu? Menurut Christiaan de Jonge, bahwa ketika Farel memanggil Calvin untuk bekerja di Jenewa, Jenewa pada saat itu baru saja (sekitar 2 bulan) membebaskan diri dari pemerintahan uskup Jenewa dan daerah Savoye, dan belum lama memihak kepada Reformasi (1535). Dan dalam kota yang otonom dan bebas ini pemerintahan dipegang oleh dewan kota. Dewan ini tidak hanya mengurus hal-hal yang sifatnya politik tetapi juga mengambil alih tanggung jawab  atas kehidupan gerejawi. Para imam diusir dari kota dan diangkat pendeta seperti Farel untuk membantu pemerintah dalam dengan membenahi kehidupan gerejawi.[15]
Lalu pertanyaan yang selanjutnya ialah Bagaiamana cara Calvin atau bagaimana metode Calvin dalam melakukan kegiatan reformasi di Jenewa? Setelah Farel menyampaikan kata-kata yang keras seperti yang telah kelompok tuliskan di atas, maka Calvin melihat panggilan Allah kepadanya lewat Farel sehingga ia memutuskan untuk tinggal di Jenewa untuk melakukan pekerjaan yang dimintakan kepadanya oleh Farel. Dan dalam melakukan pekerjaan Calvin dibantu oleh Farel. Di mana langkah awal pekerjaannya ialah merancang tatagereja yang mengatur seluruh  kehidupan warga kota menurut cita-cita Teokrasi. Dan menurut tatagereja tersebut dikatakan bahwa perjamuan Kudus diadakan sebulan sekali dan berhubungan dengan itu akan dijalankan disiplin yang keras, setiap penduduk diwajibkan menandatangani sehelai surat pengakuan sebagai tanda bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan iman dan pengakuannya. Dan hal ini mendapat tantangang karena kebanyakan warga kota.[16] Sehingga ketika orang-orang yang tidak menyetujui hal ini mendapat jabatan di dalam dewan kota pada tahun 1538, maka meraka melarang Calvin dan Farel berkhotbah  di mimbar-mibar gereja di Jenewa dan pada akhirnya keduanya di usir dari Jenewa.[17] Dan akhirnya Calvin pergi ke Strausbug dan menjadi pendeta di sana 1539-1541. Dan di dalam jemaat inilah Calvin bersama-sama dengan Bucer menerapkan cita-cita yang gagal di Jenewa. Di sini Calvin mengusahakan nyanyian Mazmur dengan dibantun oleh ahli musik terkenal, yaitu Clement Marot, Louis Bourgois, dan Maitre Piere. Dan di sini juga Calvin menulis tafsiran-tafsiran dan merefisi bukunya yang berjudul “Institutio”.
Namun pada tahun 1541 Calvin dipanggil kembali oleh jemaat Jenewa.[18] Hal ini disebabkan oleh karena kota Jenewa mengalami krisis yang diakibatkan oleh surat penggembalaan yang ditulis oleh oleh seorang Kardinal GKR yang mengajak rakyat kembali ke dalam Gereja Katoli Roma.[19] Maka Calvin kembali ke Jenewa untuk menghadiri undangan tersebut, sementara Farel memilih untuk tidak kembali lagi ke Jenewa. Dan sehubungan dengan kepulangannya tersebut, maka Calvin memulai kerjanya untuk mengatur kehidupan gereja di Jenewa. Ia menulis tata gereja, yang diterima oleh dewan kota. Dalam tata gereja tersebut ada empat jabatan gereja yang dimunculkan oleh Calvin, yaitu:
a.    Jabatan Pendeta (predikan), yang melayani untuk berkhotbah dan dan menjalankan disiplin.
b.    Jabatan Pengajar (doktor), untuk katekisasi dan pengajaran teologi.
c.    Jabatan penatua (yang dipilih dari antara anggota-anggota dewan kota) untuk melayani dalam pengawasan disiplin.
d.    Jabatan Syamas, untuk pelayanan terhadap orang miskin.
Kehidupan di kota diawasi secara ketat oleh gereja, bersama-sama dengan pemerintah. Serta Kemurnian ajaran dijaga dengan teliti juga. Demikianlah cara Calvin melakukan Reformasi.


[1] Bnd. F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM; 1999), hlm. 64.
[2] Ibid.
[3] Bnd. H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK-GM;1996), hlm. 157.
[4] F. D. Wellem, Op.Cit.
[5] Ibid, hlm. 65.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8]Bnd. Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme?, (Jakarta:BPK-GM; 200), hlm. 8
[9] H. Berkhof, Op.Cit, hlm.170.
[10]Christiaan de Jonge, Op. Cit., hlm. 7
[11] H. Berkhof, Op.Cit, hlm. 158.
[12] F. D. Wellem, Op.Cit., hlm. 65.
[13] H. Berkhof, Op.Cit, hlm. 158.
[14] Ibid, hlm. 159.
[15] Christiaan de Jonge, Op.Cit.,  hlm. 8.
[16] F. D. Wellem, Op.Cit., hlm. 66.
[17] Ibid, hlm. 66.
[18] Ibid. hlm. 67.
[19] [19] Christiaan de Jonge, Op.Cit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar